I.
KOMPETENSI
INTI
KI
1
|
:
|
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
KI
2
|
:
|
Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berintereraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai bagian dari cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
KI
3
|
:
|
Memahami,
menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
|
KI
4
|
:
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
|
II.
KOMPETENSI
DASAR
3.8 Menganalisis
pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
III.
INDIKATOR
1. Menjelaskan
konsep suhu.
2. Menjelaskan
konsep kalor.
3. Membedakan
suhu dan kalor.
4. Menganalisis
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.
5. Menganalisis
hubungan berbagai skala pada termometer.
6. Menganalisis
pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.
7. Menganalisis
pengaruh kalor terhadap perubahan ukuran benda.
8. Menjelaskan
hubungan antara kalor dengan kapasitas
kalor.
9. Menjelaskan
perbedaan perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
10. Mengidentifikasi
faktor yang mempengaruhi laju konduksi kalor, laju konveksi kalor, dan daya
radiasi kalor.
11. Menjelaskan
peristiwa Asas Black.
IV.
MATERI
PEMBELAJARAN
Suhu dan Kalor
A. Suhu
1. Definisi
suhu
2. Pengukuran
suhu
2.1 Konversi
skala termometer
B. Kalor
1. Pengaruh
kalor
1.1 Perubahan
suhu
1.2 Perubahan
wujud zat
1.3 Perubahan
ukuran zat (pemuaian)
2. Perpindahan
kalor
2.1 Konduksi
2.2 Konveksi
2.3 Radiasi
3. Hukum
kekekalan energi kalor
3.1 Asas
Black
V.
MATERI
PRASYARAT
1. Dasar-dasar
pengukuran
2. Besaran
dan satuan
VI.
KONSEP
ESENSIAL
1. Suhu
2. Kalor
3. Pemuaian
4. Kalor
jenis
5. Kalor
laten
6. Kapasitas
kalor
7. Konveksi
8. Konduksi
9. Radiasi
VII.
PETA
KONSEP
VIII.
BAGAN
MATERI
IX.
KANDUNGAN
NILAI
No
|
Sub Materi
Pembelajaran
|
Aspek
|
Aplikasi
|
||
K
|
A
|
P
|
|||
1
|
Suhu
|
√
|
√
|
√
|
Menjelaskan definisi suhu.
Menggunakan pakain yang tepat saat cuaca panas dan dingin.
Menentukan suhu suatu ruangan yang awalnya pada skala Celcius
menjadi skala Fahrenheit, Reamur adan Kelvin.
|
2
|
Kalor
|
√
|
√
|
√
|
Mengetahui skema perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari.
Mencampurkan air panas dan air dingin dengan takaran yang pas
agar air yang akan digunakan untuk mandi menjadi hangat.
Menentukan cara yang mudah untuk membuka tutup botol yang
terbuat dari logam.
|
3
|
Perpindahan Kalor
|
√
|
√
|
√
|
Membandingkan perbedaan perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi dan radiasi.
Memegang panci panas menggunakan kain.
Menentukan suatu bahan yang akan digunakan untuk mengahantarkan
kalor.
|
Keterangan
: K=Kognitif A=Afektif P=Psikomotor
X.
URAIAN
MATERI
SUHU DAN KALOR
A.
SUHU
1.
Definisi
Suhu
Jika kita membahas tentang suhu suatu
benda, tentu terkait erat dengan panas atau dinginnya benda tersebut. Dengan
indera perasa, kita dapat membedakan benda yang panas, hangat dan dingin.
Benda yang panas kita katakan suhunya
lebih tinggi dari benda yang hangat atau benda yang dingin. Benda yang hangat
suhunya lebih tinggi dari benda yang dingin. Dengan indera perasa kita hanya
dapat membedakan suhu suatu benda secara kualitatif. Akan tetapi, di dalam
fisika kita akan menyatakan panas, hangat, dingin dan sebagainya secara eksak
yaitu secara kuantitatif (dengan angka-angka).
Secara sederhana suhu didefinisikan
sebagai derajat panas dinginnya suatu benda. Lebih kompleks lagi, suhu
didefinisikan sebagai besaran fisika yang dimiliki dua benda atau lebih dalam
keadaan setimbang termal.
2.
Pengukuran Suhu
Untuk
menyatakan suhu suatu benda secara kuantitatif, diperlukan alat ukur yang
disebut termometer. Termometer biasanya
terdiri dari sebuah pipa kaca berongga yang berisi zat cair (alkohol atau air
raksa) dan bagian atas cairan adalah ruang hampa udara. Termometer dibuat
dengan menggunakan konsep perubahan sifat karena pemanasan. Pada termometer
yang berisi alkohol maupun raksa menggunakan konsep bahwa volume zat cair akan
berubah apabila dipanaskan atau didinginkan, yaitu akan bertambah apabila
dipanaskan dan akan berkurang apabila didinginkan. Naik atau turunnya zat cair
tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan suhu suatu benda.
Suhu
dapat dinyatakan secara kuantitatif melalui skala satuan pada termometer. Pada
umumnya ada empat jenis satuan suhu yang sering digunakan pada skala
termometer, yaitu Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F) dan Kelvin (K).
Masing-masing termometer memiliki ketentuan-ketentuan tertentu dalam menetapkan
nilai titik didih air dan titik beku air pada tekanan 1 atm, seperti terlihat
pada gambar 1.1 berikut :
Gambar 1.1
Termometer berskala satuan Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin
Titik
beku didefinisikan sebagai suhu ketika zat padat dan cair ada bersama dalam
kesetimbangan, yaitu tanpa adanya zat cair total yang berubah menjadi padat
atau sebaliknya. Adapun titik didih didefinisikan sebagai suhu ketika zat cair
dan gas ada bersama dalam kesetimbangan, yaitu ketika tekanan uap zat cair sama
dengan tekanan eksternal yang dialami zat cair tersebut.
Dari
ketentuan tersebut, diperoleh perbandingan skala dari keempat termometer
tersebut, yaitu sebagai berikut.
C : R : (F-32) : (K-273) = 5 : 4 : 9
: 5
|
Dari
perbandingan di atas, diperoleh beberapa hubungan sebagai berikut.
a. Hubungan antara skala Celcius (C)
dengan Reamur (R)
C
: R = 5 : 4 maka
|
|
b. Hubungan antara skala Celcius (C)
dengan Fahrenheit (F)
C
: (F-32) = 5 : 9 maka
|
|
c. Hubungan antara skala Reamur (R) dengan
Fahrenheit (F)
R
: (F-32) = 4 : 9 maka
|
|
d. Hubungan antara skala Celcius (C)
dengan Kelvin (K)
Panjang skala Celcius sama dengan skala Kelvin, sehingga C : K
= 1 : 1. Mengingat 0°C = 273 K dan 100°C = 373 K, maka hubungan keduanya dapat
dirumuskan
C = K – 273 atau K = C + 273
Meskipun
setiap termometer memiliki skala satuan yang berbeda satu sama lain, namun
termometer satu dengan yang lain memiliki hubungan umum sebagai berikut.
Gambar
1.2 Perbandingan skala termometer secara
umum
Keterangan
:
X : termometer berskala satuan X
Y : termometer berskala satuan Y
(ta)X : titik didih pada termometer berskala X
(ta)Y : titik didih pada termometer berskala Y
(tb)X : titik beku pada termometer berskala X
(tb)Y : titik didih pada termometer berskala Y
tx : suhu yang ditunjukkan pada
termometer X
ty : suhu yang ditunjukkan pada
termometer Y
B.
KALOR
Peristiwa
yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
pada saat memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin semakin
lama akan menjadi panas. Mengapa air menjadi panas? Air menjadi panas karena
mendapat kalor. Kalor yang diberikan pada air mengakibatkan suhu air naik.
Kemudian, dari manakah kalor itu? Kalor berasal dari bahan bakar, dalam hal ini
terjadi perubahan energi kimia yang terkandung dalam gas menjadi energi panas atau
kalor yang dapat memanaskan air.
Kalor
merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu
tinggi ke benda yang bersuhu rendah untuk mencapai keadaan termal. Oleh karena
itu, satuan kalor dalam SI adalah Joule (J). Adapun satuan kalor yang lain
adalah kalori. 1 kalori = 4,18 joule
atau 1 Joule = 0,24 kal.
1.
Pengaruh Kalor
1.1
Perubahan
Suhu
Gambar 1.3 pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu benda
Berdasarkan
gambar 1.3 terlihat bahwa jika satu gelas air panas dicampur dengan satu gelas
air dingin, setelah terjadi keseimbangan termal, menjadi air hangat. Hal
tersebut dapat terjadi karena pada saat air panas dicampur dengan air dingin,
maka air panas melepaskan kalor sehingga suhunya turun dan air dingin menyerap
kalor sehingga suhunya naik, dan akhirnya akan mencapai keseimbangan termal
yang menjadikan air panas dan air dingin tercampur dan mempunyai suhu yang sama
menjadi air hangat. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
banyaknya kalor yang diberikan, yaitu perubahan suhu, massa zat dan jenis zat.
Kalor dapat diberikan kepada benda atau
diambil darinya. Kalor dapat diberikan pada suatu benda dengan cara pemanasan
dan sebagai salah satu dampak adalah kenaikan suhunya. Kalor dapat diambil dari
suatu benda dengan cara pendinginan dan sebagai salah satu dampak adalah
penurunan suhu. Jadi, salah satu dampak dari pemberian atau pengurangan kalor
adalah perubahan suhu yang diberi lambang Δt.
1.1.1
Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor
Karakteristik
setiap zat berbeda. Misalnya pada air dan minyak. Air dan minyak merupakan zat
yang berbeda, oleh karena itu air dan minyak memiliki jenis zat yang berbeda.
Untuk membedakan zat-zat dalam hubungannya dengan pengaruh kalor, pada zat-zat
itu digunakan konsep kalor jenis yang diberi lambang “c”.
Kalor
jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan atau
dilepaskan untuk menaikan atau menurunkan suhu satu satuan massa zat itu
sebesar satu satuan suhu (Tri Widodo : 2009). Sehingga apabila suatu zat yang
massanya m memerlukan atau melepaskan kalor sebesar Q untuk mengubah suhunya
sebesar ΔT, maka kalor jenis zat itu dapat dinyatakan dengan persamaan:
Keterangan :
Q = Jumlah kalor yang
dilepas atau diterima (J)
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis
(J/kg.K)
Tabel 1.1
kalor jenis beberapa zat dalam J/kg.K
Berdasarkan
persamaan Q = m . c . ΔT, untuk benda-benda tertentu nilai dari m . c adalah
konstan. Nilai dari m . c disebut juga dengan kapasitas kalor yang diberi
lambang "C" (huruf kapital). Berdasarkan persamaan Q = m . c . ΔT
diperoleh persamaan berikut :
atau
Keterangan :
Q = Jumlah kalor yang
dilepas atau diterima (J)
C = Kapasitas kalor
(J/K)
Oleh
karena itu, kapasitas kalor dapat didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diterima
atau dilepaskan untuk mengubah suhu benda sebesar satu satuan suhu.
1.2
Perubahan Wujud Zat
Wujud
zat dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu zat padat, zat cair dan zat gas.
Wujud suatu zat dapat berubah dari wujud zat yang satu menjadi wujud yang lain.
Perubahan wujud dapat disebabkan karena pengaruh kalor. Misalnya, ketika es
dibiarkan di bawah terik matahari, maka es akan mencair akibat menerima kalor
dari terik matahari. Pada saat air diletakkan pada freezer lemari es yang
memiliki suhu rendah, maka air akan membeku karena melepaskan kalor. Sehingga
perubahan wujud zat dapat diakibatkan adanya penyerapan atau pelepasan kalor.
Setiap terjadi perubahan wujud terdapat nama-nama tertentu. Berikut adalah
skema perubahan wujud zat beserta nama perubahan wujud zat tersebut.
D
E
P
O
S
I
S
I
|
Gambar 1.4 skema perubahan wujud
1.2.1
Kalor
Laten
Pada
saat belajar pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, dikenal istilah kalor
jenis dan kapasitas kalor, yakni kalor yang digunakan untuk menaikan suhu. Oleh
karena itu, untuk mengubah zat suatu benda dengan pelepasan atau penerimaan
kalor juga dibutuhkan istilah kalor yang digunakan untuk mengubah wujud benda.
Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud benda disebut kalor laten.
Misalnya,
pada saat es sedang mencair atau pada saat air sedang menguap, suhunya tetap
meskipun kalor terus diberikan. Oleh karena itu, pada saat zat mengalami
perubahan wujud, suhu zat tersebut tetap, sehingga selama terjadi perubahan
wujud zat seakan-akan kalor tersebut disimpan. Namun jika melihat adanya
perubahan wujud akibat diberikan kalor, maka kalor yang diberikan sesungguhnya
tidak tersimpan tetapi digunakan untuk mengubah wujud zat tersebut. Kalor yang
digunakan untuk mengubah wujud zat disebut kalor laten yang dilambangkan dengan
"L". Banyaknya kalor yang diserap atau dilepaskan selama terjadi
perubahan wujud dapat dinyatakan dengan persamaan:
Keterangan :
Q = Jumlah kalor yang
dilepas atau diterima (J)
L = Kalor laten (J/kg)
m = Massa zat (kg)
Berdasarkan
persamaan di atas, kalor laten dapat didefinisikan sebagai kalor yang
dibutuhkan atau diterima oleh tiap satuan massa zat untuk mengubah wujudnya.
1.3
Perubahan
Ukuran Zat (Pemuaian)
Pada
saat kita ingin membuka tutup botol yang terbuat dari logam, seringkali kita
merasa kesulitan. Untuk mempermudahnya, maka kita memanaskan tutup botol kaca
tersebut dengan menyiram atau merendamnya dengan air panas. Setelah terkena
panas, tutup botol dapat dibuka dengan mudah. Hal ini terjadi karena tutup
botol tersebut mengalami pemuaian. Pada umumnya, benda akan memuai ketika
dipanaskan. Hal ini terjadi karena ketika suhu benda dinaikan, atom-atom yang
menyusun benda tersebut memperoleh energi. Akibatnya, atom-atom akan bergerak
lebih cepat sehingga jarak rata-rata antar atom berubah yang ditandai dengan
pertambahan ukuran benda. Jadi, pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu
benda karena kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut.
Setiap
zat memiliki kemampuan memuai yang berbeda. Gas memiliki kemampuan memuai yang
lebih besar daripada zat cair dan padat. Sedangkan zat cair memiliki kemampuan
memuai yang lebih besar dari pada zat padat.
1.3.1
Pemuaian
pada Zat Padat
Zat
padat yang dipanaskan akan memuai ke sagala arah. Ukuran panjang, luas, dan
volume akan bertambah. Dengan kata lain, zat padat akan mengalami pemuaian
panjang, luas dan volume.
a.
Pemuaian
Panjang
L0
|
∆L
|
Sebuah
batang panjangnya L0 dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar ∆T.
Pemuaian batang hanya dianggap ke arah panjang batang, sering disebut pemuaian linier. Batang mengalami
perubahan panjang sebesar ∆L yang sebanding dengan panjang batang mula-mula L0
dan besar kenaikan suhu ∆T. Pertambahan panjang tiap bahan berbeda ini
disebabkan oleh perbedaan koefisien muai panjang. Koefisien muai panjang (
) suatu bahan adalah perbandingan
antara pertambahan panjang (
) terhadap panjang awal benda (lo) per satuan kenaikan suhu
(
). Secara matematis dinyatakan
dalam model :
Pemuaian panjang
Satuan
adalah kebalikan derajat (1/0C)
atau kebalikan kelvin (1/K)
b.
Pemuaian
Luas
Bila
benda padat berbentuk persegi panjang dipanaskan, terjadi pemuaian dalam arah
memanjang dan arah melebar. Dengan kata lain, benda padat mengalami pemuaian
luas.
Pemuaian
luas berbagai zat bergantung pada koefisien muai luas. Koefisien muai luas
suatu bahan adalah fraksi perubahan luas benda
terhadap luas awal benda
persatuan kenaikan suhu
. Secara matematis, dapat
dinyatakan dengan
Pemuaian luas
Hubungan antara koefisien muai luas
dan koefisien
muai panjang
:
c.
Pemuaian
Volume
Bila
benda padat berbentuk balok dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah
memanjang, melebar, dan meninggi. Pemuaian volume berbagai zat bergantung pada
koefisien muai volume. Koefisien muai volume
suatu bahan adalah fraksi pertambahan volume
terhadap volume awal benda
per satuan kenaikan suhu
. Secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Pemuaian volume
Hubungan koefisien muai
volume
dengan koefisien muai panjang
adalah
1.3.2
Pemuaian
pada Zat Cair
Sifat umum zat cair adalah selalu
mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Jika air dituangkan ke dalam botol
maka bentuk air akan mengikuti bentuk botol. Jadi, wadah dapat diartikan
sebagai volume, sebab tinjauannya adalah ruang tiga dimensi. Karena itu, zat
cair hanya memiliki muai volume (tidak memiliki muai panjang dan muai luas),
sehingga untuk zat cair, yang diketahui selalu koefisien muai volumenya. Akan
tetapi kita bisa juga meninjau pemuaian zat cair pada pemuaian panjang.
Contohnya dalam pemuaian raksa dalam termometer.
Umumnya volume zat cair bertambah
ketika suhunya dinaikkan, karena ada kasus khusus pada zat tertentu saat
suhunya dinaikkan, volumenya menyusut.
Karena molekul zat cair lebih bebas dibandingkan molekul zat padat, maka
pemuaian zat cair lebih besar dibandingkan pada zat padat. Rumus-rumus pemuaian
volume pada zat padat berlaku pada pemuaian zat cair ini.
Anomali Air
Gambar 1.5 Grafik Volume terhadap Suhu
|
Pada
umumnya zat cair memuai ketika dipanaskan. Akan tetapi, tidak halnya untuk air
ketika dipanaskan dari suhu 0°C hingga 4°C, karena dalam keadaan ini air justru
menyusut. Pada saat kita memanaskan es pada suhu -5°C, maka es memuai sama
seperti zat padat lainnya sampai es mencapai suhu 0°C.
Apabila
es kita panaskan lagi maka terjadi proses perubahan wujud hingga seluruh es
mencair. Air menyusut ketika dipanaskan dari suhu 0°C hingga mencapai volume
minimum pada suhu 4°C. Massa air tidak berubah selama penyusutan, sehingga
massa jenis air mencapai maksimum pada suhu 4°C. Pada suhu di atas 4°C, air
memuai jika dipanaskan seperti halnya zat cair lainnya. Sifat pemuaian air yang
tidak teratur ini disebut anomali air yang
terjadi pada suhu 0°C sampai 4°C.
1.3.3
Pemuaian
pada Zat Gas
Ketika gas dipanaskan, gas akan
memuai. Volume gas akan bertambah besar. Pertama, tinjau jika selama pemuaian
gas tekanan dijaga kontan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlak gas.
Proses tekanan konstan ini disebut
isobarik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Kedua, tinjau jika selama pemuaian
gas volume dijaga konstan. Maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlak gas.
Proses volume konstan ini disebut
isokhorik. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
Untuk jumlah gas yang tetap, keadaan
suatu gas dinyatakan dengan tiga variabel, yaitu tekanan
,
volume
,
dan suhu mutlak
.
Persamaan keadaan gas ini diperoleh dari gabungan persamaan isobarik dan isokhorik.
2.
Perpindahan
Kalor
Kalor
adalah bentuk energi yang dapat berindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor
dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi.
2.1
Perpindahan
Kalor secara Konduksi
Proses
perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan partikel disebut konduksi.
Perpindahan kalor secara konduksi dapat terjadi dalam dua proses berikut.
Pemanasan
pada ujung zat menyebabkan partikel-partikel pada ujung bergetar lebih cepat
dan suhunya naik, atau energi kinetiknya bertambah. Partikel-partikel yang
energi kinetiknya lebih besar ini memberikan sebagian energi kinetiknya kepada
partikel-partikel tetangganya melalui tumbukan, sehingga partikel-partikel ini
memiliki energi kinetik lebih besar. Selanjutnya, partikel-partikel ini
memberikan sebagian energi kinetiknya ke partikel-partikel tetangga berikutnya.
Demikian seterusnya, sampai kalor mencapai ujung yang dingin. Proses
perpindahan seperti ini berlangsung lambat karena untukmemindahkan lebih banyak
kalor diperlukan beda suhu yang tinggi diantara kedua ujung.
Dalam
logam, kalor dipindahkan melalui elektron-elektron bebas yang terdapat dalam
struktur atom logam. Pada tempat yang dipanaskan, energi elektron-elektron
bertambah besar. Karena elektron bebas mudah berpindah, pertambahan energi ini
dengan cepat dapat diberikan ke elektron-elektron lain yang letaknya lebih jauh
melalui tumbukan. Dengan cara ini, kalor berpindah lebih cepat. Oleh karena
itu, logam tergolong konduktor yang sangat baik.
Berdasarkan
kemampuan mengahantarkan kalor, zat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat yang mudah menghantarkan kalor.
Isolator adalah zat yang sukar menghantarkan kalor. Namun, semua zat dapat
menghantarkan kalor secara konduksi.
Faktor
yang mempengaruhi laju kalor konduksi adalah sebagai berikut.
a. Beda
suhu antara kedua permukaan
. Semakin besar beda suhu, semakin
cepat perpindahan kalor.
b. Ketebalan
dinding
. Semakin tebal dinding, semakin
lambat perpindahan kalor.
c. Luas
permukaan
. Semakin luas permukaan, semakin
cepat perpindahan kalor.
d. Konduktivitas
termal zat
, merupakan ukuran kemampuan zat
menghantarkan kaor. Semakin besar nilai
, semakin cepat perpindahan kalor.
Berdasarkan penjelasan
di atas, banyak kalor
yang melalui dinding selama selang waktu
dinyatakan oleh :
2.2
Perpindahan
Kalor secara Konveksi
Proses
perpindahan kalor dari suatu bagian fluida ke bagian fluida lain oleh
pergerakan fluida itu sendiri disebut konveksi. Ada dua jenis konveksi, yaitu
konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan fluida
terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida yang menerima kalor
(dipanaskan) memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil sehingga bergerak
keatas. Tempatnya digantikan oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke bawah
karena massa jenisnya lebih besar. Lintasan yang dibentuk akibat konvensi
sidebut arus konveksi.
Laju
kalor
ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke
fluida sekitarnya secara konveksi adalah sebanding dengan luas permukaan benda
yang bersentuhan denga fluida dan beda suhu
diantara benda dan fluida. Secara matematis
dapat ditulis
dengan
adalah koefisien konveksi yang nilainya
bergantung pada bentuk dan kedudukan permukaan, yaitu tegak, miring, mendatar,
menghadap ke bawah, atau menghadap ke atas. Nilai
diperoleh secara percobaan.
2.3
Perpindahan
Kalor secara Radiasi
Perpindahan
kalor tanpa zat perantara (medium) disebut radiasi. Perpindahan kalor dapat
melalui ruang hampa karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang
elektromagnet. Jadi, radiasi atau pancaran adalah perpindahan energi kalor
dalam bentuk gelombang elektromagnet.
Beberapa
permukaan zat menyerap kalor radiasilebih baik daripada permukaan zat lain,
yaitu:
a. Permukaan
yang hitam dan kusam adalah penyerap kalor radiasi yang baik sekaligus pemancar
kalor radiasi yang baik pula.
b. Permukaan
yang putih dan mengkilap adalah penyerap kalor radiasi yang buruk sekaligus
pemancar kalor yang buruk pula.
c. Jika
diinginkan kalor yang merambat sacara radiasi berkurang, permukaan harus
dilapisi suatu bahan agar mengkilap (misalnya, dilapisi dengan perak)
Hukum
Stefan-Boltzmann, berbunyi : “energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan
hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu
sebanding luas permukaan
dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak
permukaan itu
.”
Secara
matematis, ditulis
Tetapan
(dibaca sigma) dikenal sebagai tetapan
Stefan-Boltzmann dan dalam satuan Si nilainya
.
Tidak
semua benda dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna. Oleh karena itu,
diperlukan sedikit modifikasi dari persamaan di atas. Daya radiasi
Dengan
adalah koefisien yang disebut emisivitas.
Emisivitas adalah adalah suatu ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor
suatu benda dibandingkan benda hitam sempurna. Emisivitas tidak memiliki
satuan, nilainya antara 0 dan 1
dan bergantung pada jenis zat dan keadaan
permukaan.
Ada
banyak pemanfaatan radiasi dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai
pendinginan rumah, efek rumah kaca, serta panel surya.
3.
Asas
Black
Pada
penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa kalor adalah bentuk energi. Oleh
karena itu, kalor sama halnya dengan energi lainnya (energi mekanik, energi
kinetik, energi potensial, dll.) yang memiliki sifat kekal. Energi kalor
memiliki hukum kekekalan energi. Namun, hukum kekekalan energi tersebut hanya
berlaku pada sistem tertutup. Secara matematis hukum kekalan energi dinyatakan
sebagai berikut:
QLEPAS
= QTERIMA
|
Kalor
yang dilepaskan zat bersuhu lebih tinggi akan sama dengan kalor yang diterima
oleh zat yang bersuhu lebih rendah. Kalor yang dilepas atau diterima dapat
digunakan untuk mengubah suhu benda atau digunakan untuk mengubah wujud benda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar